Minggu, 22 Januari 2012

Nasreddin and the Pot

One day Nasreddin borrowed a pot from his neighbour Ali. The next day he brought it back with another  little pot inside. "That's not mine," said Ali. "Yes, it is," said Nasreddin. "While your pot was staying with me, it had a baby."

Some time later Nasreddin asked Ali to lend him a pot again. Ali agreed, hoping that he would once again receive two pots in return. However, days passed and Nasreddin had still not returned the pot. Finally Ali lost patience and went to demand his property. "I am sorry," said Nasreddin. "I can't give you back your pot, since it has died." "Died!" screamed Ali, "how can a pot die?" "Well," said Nasreddin, "you believed me when I told you that your pot had had a baby."

Persahabatan yang Sebenarnya

Carmella berjalan memasuki rumah. Ia duduk di kursi dengan wajah yang sedih.

"Ada apa denganmu?", tanya kakaknya, Sarah.

"Tidak ada.", jawabnya.

"Tidak mungkin, pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Lagian kamu biasanya pulang dari sekolah dengan wajah yang ceria. Hari ini kamu berbeda."

Carmella lalu memandang ke luar jendela.

"Aku benci anak baru itu! Aku benci dia!", kata Carmella sambil menahan tangisannya.

"Apa alasanmu berkata seperti itu?"

"Kak, dia sudah merebut teman aku, Katy. Anak baru itu hanya mau berteman dengan Katy jika ia tidak berteman lagi denganku. Sekarang, ia tak pernah berbicara denganku sama sekali."

"Itu konyol sekali. Tapi, kamu masih punya teman lain, kan?"

"Masih, hanya sedikit. Tapi, rasanya sungguh menyakitkan kehilangan teman yang paling kita sayang."

"Carmella, kamu tidak kehilangan teman sama sekali."

"Aku baru saja mengatakan kalau aku kehilangan temanku."

"Tidak, Mel. Saat sesuatu menjadi buruk, kamu tidak kehilangan teman. Kamu menemukan teman sejatimu."